Dilema Teknologi Informasi

Oleh: Simon Pranata Barus
E-mail: s_barus@yahoo.com
09 Mei 2003
Note: Perlu diketahui tulisan ini berupa coret-coretan saya, oleh karena itu mohon dimaklumi jika alur penulisan kurang sistematis. Ini sekedar sharing knowledge. Kritikan dan saran sangat diperlukan.

Memasuki tahun 2000 yang lalu, banyak orang was-was akan terjadinya "millenium bugs", intinya komputer tidak dapat melakukan operasi dengan normal dikarenakan tahun 2000 dianggap tahun 00 (akibat dari alokasi tahun yang hanya dua digit). Orang-orang yang was-was adalah orang-orang yang memiliki komputer atau infrasturktur teknologi informasi yang banyak (investasi), seperti perbankan, telekomunikasi dll. Orang-orang yang tidak was-was adalah orang-orang yang tidak menginvestasikan terlalu berlebihan di teknologi informasi.

Antisipasi dilakukan oleh berbagai perusahaan dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mengatasi "musibah" tersebut. Bisnis pun merebak, perusahaan TI yang menawarkan solusi dengan menjual piranti lunak (software) dan piranti keras (hardware), konsultasi dan pelatihan pun bermunculan untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka yang berinvestasi berlebihan di TI mengucurkan dana tambahan untuk mengatasi ini, agar mereka lolos dari "musibah" tersebut. Sedangkan mereka yang tidak "jor joran" dalam berinvestasi di TI, tidak sepanik dan membutuhkan modal yang besar seperti halnya mereka yang "jor joran".

Detik-detik memasuki tahun 2000, semua orang tegang. Memasuki tahun 2000, ternyata semua berjalan bisa saja, tidak seperti yang diramalkan dan dikuatirkan banyak orang. Para konsultan TI, penjual piranti keras dan lunak "non millenium bugs" menghitung keuntungan di tahun 2000 :).

Apa yang menarik dari peristiwa tersebut? bahwa tidak mudah untuk melakukan investasi di TI, meramalkan masa depan TI, memiliki orang-orang TI yang "oce". Bukankah menjadi dilema investasi di TI? Banyak orang mengatakan kalau 'ndak menggunakan TI akan rugi, seolah-olah TI adalah senjata pamungkas, belum tentu, bahkan saya sering mengatakan bahwa TI dapat menjadi "senjata makan tuan". Analogi sederhanya, kalau kita berperang dengan seorang maling, ya cukuplah dengan pedang atau pistol bukan dengan nuklir :), kalau dengan nuklir selain malingnya koit, kita juga koit.

Oleh karena itu untuk melakukan investasi di TI perlu diperhatikan banyak hal, seperti:

Namun setelah investasi tersebut dilakukan maka perlu lagi beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

Belum lagi kita menengok kasus ERP (Enterprise Resource Planning), banyak perusahaan mengimplementasikannya. Tapi seberapa optimal perusahaan mendayagunakannya? apalagi ERP sekarang sudah memasuki tahap "kadarluarsa". Belum lagi kita menengok berbagai kasus dot com. Banyak yang bermunculan, banyak pula berjatuhan. Banyak pula bermunculan warnet-warnet, tetap saja warteg lebih menguntungkan :). Banyak orang bilang sekarang setiap perusahaan mesti mengarah ke B2C dan B2B, tetap aja itu perlu dicermati dengan hati-hati, jangan gegabah.


Versi 1.0, last updated 09-May-2003
Saran, komentar, masukan, kritikan, makian, ditujukan ke: webmaster@1998.mti.or.id